*****

Catatan Lain:

Catatan Lain:
* * * * *

Determinisme Teknologi

I. Definisi Determinisme
Determinisme berasal dari bahasa Latin determinare yang artinya menentukan atau menetapkan batas atau membatasi. Secara umum, pemikiran ini berpendapat bahwa keadaan hidup dan perilaku manusia ditentukan oleh faktor-faktor fisik geografis, biologis, psikologis, sosiologis, ekonomis dan keagamaan yang ada. Determinisme juga berpegangan bahwa perilaku etis manusia ditentukan oleh lingkungan, adat istiadat, tradisi, norma dan nilai etis masyarakat. Istilah ini dimasukkan menjadi istilah filsafat oleh William Hamilton yang menerapkannya pada Thomas Hobbes. Penganut awal pemikiran determinisme ini adalah demokritos yang percaya bahwa sebab-akibat menjadi penjelasan bagi semua kejadian.

II. Determinisme Teknologi
Determinisme teknologi, artinya teknologi menjadi penentu dalam perubahan sosial masyarakat. Meritt Roe Smith mengatakan bahwa determinisme teknologi berawal dari asumsi bahwa teknologi adalah kekuatan kunci dalam mengatur masyarakat. Dalam paham ini struktur sosial dianggap sebagai kondisi yang terbentuk oleh materialistis teknologi.
Determinisme teknologi dapat diartikan bahwa setiap kejadian atau tindakan yang dilakukan manusia itu akibat pengaruh dari perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi tersebut tidak jarang membuat manusia bertindak di luar kemauan sendiri. Pada awalnya, manusialah yang membuat teknologi, tetapi lambat laun teknologilah yang justru memengaruhi setiap apa yang dilakukan manusia. Zaman dahulu belum ada Hand Phone dan internet. Tanpa ada dua perangkat komunikasi itu keadaan manusia biasa saja. Tetapi sekarang dengan ketergantungan pada dua perangkat itu manusia jadi sangat tergantung.

Pencetus teori determinisme teknologi ini adalah Marshall McLuhan pada tahun 1962 melalui tulisannya The Guttenberg Galaxy : The Making of Typographic Man. Dasar teori ini adalah perubahan yang terjadi pada berbagai macam cara berkomunikasi akan membentuk pula keberadaan manusia itu sendiri. Menurut analisis Andrew Feenberg bahwa setidaknya ada dua premis dalam determinisme teknologi yang bermasalah:
  1. Pertama, teknologi berkembang secara unilinier dari konfigurasi sederhana ke arah yang lebih kompleks.
  2. Kedua, masyarakat harus tunduk pada perubahan-perubahan yang terjadi dalam dunia teknologi.

Kedua premis tersebut sulit diterima karena pola– ola teknologi itu sendiri banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial, kultural, dan politik dimana teknologi itu berada. Bijker dan Pinch juga mengatakan bahwa perkembangan teknologi tidaklah otonom dan tidak melalui suatu momentum yang bersifat inheren.
Teknologi akan masuk melalui tiga fase dalam interaksi kelompok sosial:
  1. Fase pertama, terjadi fleksibilitas interpretatif, di mana sejumlah kelompok sosial menginterpretasikan artefak teknologi secara berbeda.
  2. Fase kedua, terjadi proses stabilitas melalui interaksi antarkelompok sosial yang berujung pada sebuah kompromi. 
  3. Fase ketiga, tercapai suatu kesepakatan dan persetujuan akan makna dari peralatan teknologi tersebut, pada fase ini desain dari artefak teknologi menjadi stabil. Dalam pandangan instrumentalis (Sulfikar Amir, 2007), teknologi diciptakan untuk membantu mengatasi keterbatasan fisik manusia.

Pada satu sisi, kemajuan sains dan teknologi telah memudahkan manusia dalam mengatur berbagai aktivitas kehidupannya. Misalnya : kita bisa berhubungan dengan orang lain meskipun jaraknya berjauhan, melalui handphone, telepon, e-mail dan lain-lain. Pada sisi lain, implikasi kemajuan teknologi terasa sangat mengkhawatirkan bagi perkembangan mental dan moral generasi muda.
Dalam konteks yang lain, perkembangan sains dan teknologi juga sangat berpengaruh terhadap keyakinan seseorang dalam menaati ajaran agamanya dan bisa melahirkan degradasi akidah dan ibadah dan menganggap seolah-olah komputer dan internet telah dianggap Tuhannya. Sebab definisi Tuhan menurut buku Introduction to Philosophy adalah sesuatu yang digandrungi oleh kita dan kita didominasi olehnya, itulah Tuhan. Menurut Jalaluddin Rahkmat, di era modern, televisi dan alat-alat teknologi akan dijadikan agama baru.
Dapat dikatakan, kompleksitas teknologi modern telah melampaui batas dimensi indrawi manusia dalam mencerna. Kondisi ini membentuk sikap (meminjam istilah Amir) – taken for granted dalam masyarakat kontemporer terhadap teknologi, yaitu suatu sikap yang menerima teknologi dengan mata tertutup. Sikap ini secara perlahan menggali jurang dalam yang menjebloskan manusia kedalam bencana kemanusiaan. Hal ini pula yang menyebabkan hilangnya rasa kemanusiaan di antara kita karena aspek nilai, etika dan moral telah banyak ditinggalkan oleh masyarakat.
Menurut Amir tidak perlu menjadi paranoid dan bersikap antiteknologi karena manusia tidak akan pernah lepas dari teknologi, yang dibutuhkan adalah suatu tingkat pemahaman teknologi yang lebih mendalam. Rosalind Williams mengatakan bahwa determinisme teknologi memungkinkan motivasi politis, ekonomi, dan ideologis para pemilik modal masuk ke dalam sistem teknologi dan mengurangi otoritas masyarakat dalam memilih arah teknologi. Namun bagi David Noble, determinisme teknologi tidak hanya memberi penjelasan yang tidak akurat tentang relasi antara manusia dan teknologi, tetapi juga terlalu  menyederhanakan dan bahkan mematikan makna dalam kehidupan manusia. Menurut Noble, pada satu sisi determinisme teknologi menawarkan janji-janji modernitas, namun pada sisi lain memaksakan suatu bentuk fatalisme.

Related Post



Post a Comment

Attention, please!

Sesungguhnya aktifitas tidak akan terganggu bila setiap satu jam sekali, berhenti setengah menit untuk beristighfar atau dzikir lainnya sebanyak 10x, bahkan lebih dari itu Insya Allah bisa.

Be My Partner